2 March 2022
Kawan PRIMA, sebagaimana diketahui Nyepi merupakan perayaan keagamaan umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Di setiap tahunnya, masyarakat Hindu di Bali akan melangsungkan upacara adat. Tujuan utama dari perayaan Nyepi adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta/macrocosmos).
Nyepi dilakukan mulai pukul 06.00 pagi hingga 06.00 pagi keesokan harinya. Selama Hari Raya Nyepi, umat Hindu dianjurkan untuk menjalankan empat ketentuan atau yang dikenal dengan sebutan Catur Brata Penyepian, terdiri dari:
Pertama, Amati Geni yang berarti tidak menyalakan api. Api yang dimaksud mengacu pada kemarahan, iri hati, dan pikiran-pikiran yang tidak baik.
Kedua, Amati Karya yang berarti tidak bekerja. Umat Hindu diminta untuk tidak melakukan aktivitas lain kecuali memanfaatkan waktu untuk merenung dan introspeksi diri.
Ketiga, Amati Lelungan yang berarti tidak boleh bepergian ke luar rumah. Hal ini bertujuan agar untuk mencegah terjadinya kerusakan alam yang biasa disebabkan oleh manusia.
Keempat, Amati Lelanguan yang berarti tidak boleh bersenang-senang atau menikmati hiburan. Dengan tidak bersenang-senang diharapkan umat Hindu bisa memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.
Namun tahukah Kawan PRIMA, dibalik khidmatnya perayaan Nyepi ini, ternyata ada beberapa fakta unik Nyepi yang mungkin belum banyak diketahui, yaitu :
1. Menginspirasi “World Silent Day”
World Silent Day yang diperingati tanggal 21 Maret setiap tahunnya ini ternyata terinspirasi dari Hari Raya Nyepi di Bali. Perayaan Nyepi dianggap telah memberi banyak manfaat bagi bumi. World Silent Day digagas oleh Triple-C, Colaboration for Climate Change, yakni gabungan LSM Bali saat konferensi global warming (UNFCCC), di Bali tahun 2007. Gerakan ini diharapkan dapat mengurangi kegiatan yang merugikan bumi, seperti global warming atau perubahan iklim.
2. Hemat Listrik Sebanyak 60%
Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali diyakini menjadi sebuah tradisi yang sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi penyelamatan bumi dan penghematan energi. Faktanya, dalam satu hari perayaan Nyepi di Bali dapat menghemat penggunaan listrik sebanyak 60 persen, yakni 290 Megawatt, yang jika dirupiahkan adalah sekitar Rp 4 miliar.
3. Pengurangan Emisi Gas Karbon dioksida
Dalam satu hari perayaan Nyepi, terjadi pengurangan emisi gas karbon dioksida hingga 20 ribu ton dalam sehari. Secara ilmiah, perayaan Nyepi memang terbukti mengurangi emisi dikarenakan adanya pengurangan tenaga listrik, pengurangan dampak transportasi, pengurangan limbah, pengurangan sampah, dan pengurangan bahan bakar dan kayu bakar.
4. Hemat Bahan Bakar Sebesar Rp 3 Miliar
Selama perayaan Nyepi, terjadi penghematan bahan bakar sebanyak 500.000 liter atau sebesar Rp 3 miliar. Hal ini terjadi karena adanya pantangan untuk bepergian selama perayaan Nyepi. Hal ini membuat semua kendaraan akan terparkir di rumah. Begitu halnya dengan sekolah dan perkantoran yang harus ditutup. Selain itu, dilakukan pula penghentian operasional 2 pembangkit listrik di Bali. Kedua pembangkit tersebut yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Pemaron yang biasa menghasilkan listrik sebesar 80 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk, yang biasa menghasilkan listrik sebesar 130 MW.
5. Ketenangan Luar Biasa
Perayaan Hari Nyepi sebenarnya mengandung makna yang mendalam dan mulia, yaitu kehidupan yang seimbang dan harmonis, karena memberikan ketenangan dan kedamaian bagi hidup manusia dan alam. Suasana yang tenang seperti itu sulit ditemukan khususnya di masyarakat perkotaan yang selalu disibukkan dengan rutinitas padat.
Referensi:
liputan6.com
kumparan.com
balipedia.id
bali.tribunnews.com