23 February 2022
Kawan PRIMA, Indonesia resmi memegang Presidensi Group of Twenty (G20) selama setahun penuh. Hal ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang pertama yang menjadi tuan rumah G20. Kita juga patut berbangga karena Indonesia merupakan satu-satunya perwakilan negara ASEAN yang tergabung dalam G20.
Rangkaian penyelenggaraan G20 akan dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia. Pelaksanaanya sendiri telah dimulai sejak 1 Desember 2021 dan puncaknya akan ditutup dengan pelaksanaan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) pada November 2022 mendatang, di Bali.
Nah buat Kawan PRIMA yang belum memahami apa itu G20 dan apa manfaatnya bagi Indonesia, berikut penjelasannya.
1. Apa itu G20?
Group of Twenty (G20) adalah sebuah forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia. Sesuai dengan namanya, G20 beranggotakan 20 negara maju dan berkembang. Seluruh negara yang menjadi anggota G20 merupakan negara dengan Gross Domestic Product (GDP) tertinggi di dunia. GDP adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Adapun kedua puluh negara yang tergabung dalam G20 adalah Indonesia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Prancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
2. Mengapa G20 dianggap sebagai forum penting?
Awalnya, forum G20 yang terbentuk di tahun 1999 ini bertujuan untuk mencari solusi atas krisis ekonomi dunia yang terjadi di masa itu. Namun seiring perkembangannya, G20 kini bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
Perhelatan G20 menjadi forum yang dinilai sangat penting bagi keberlangsungan masyarakat dunia. Hal ini karena G20 merepresentasikan 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.
3. Apa keuntungannya bagi Indonesia?
Terpilihnya Indonesia memegang keketuaan G20 di tengah situasi pandemi, menunjukkan persepsi yang baik dari negara lain. Secara tidak langsung Indonesia diyakini mampu menghadapi krisis di masa-masa sulit.
Terlepas dari itu, penyelenggaraan G20 di Indonesia dipercaya akan mendatangkan sejumlah manfaat bagi Indonesia. G20 bisa menjadi momentum yang baik untuk memperkenalkan pariwisata dan produk-produk unggulan nusantara secara lebih luas. Pemerintah memproyeksikan terjadinya peningkatkan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun serta penambahan PDB nasional hingga Rp 7,4 triliun bila pertemuan-pertemuan dalam G20 dilakukan secara fisik atau langsung.
Penyelenggaraan G20 di Indonesia juga akan melibatkan banyak UMKM dan menyerap hingga 33 ribu tenaga kerja di berbagai sektor. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperkirakan manfaat ekonominya dapat mencapai 1,5 – 2 kali lebih besar dari pelaksanaan IMF-WBG Annual Meetings yang digelar pada 2018 lalu di Bali. Hal ini karena pelaksanaan pertemuan G20 tahun 2022 akan menggelar kurang lebih 150 pertemuan selama 12 bulan.
Selain aspek ekonomi, sebagai tuan rumah Indonesia memiliki keistimewaan dalam menentukan agenda setting, termasuk isu-isu yang ingin diangkat.
4. Topik yang dibahas dalam G20 2022
Presidensi G20 mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan. Untuk itu terdapat 3 topik utama yang akan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan G20 di Indonesia.
Pertama, arsitektur kesehatan global. Dalam hal ini negara-negara G20 akan mencari solusi dalam memperkuat aspek kesehatan secara global dan mencegah terjadinya pandemi di masa yang akan datang. Kedua, transisi energi berkelanjutan. Para pemimpin dunia dari 20 negara akan membahas cara mengurangi efek rumah kaca dengan target penurunan mencapai 39% di tahun 2030. Ketiga, transformasi digital dan ekonomi. Pembahasan ini akan berfokus pada upaya pemanfaatan teknologi digital untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di masa depan. Pembahasan akan berfokus untuk menciptakan inklusi keuangan melalui fintech dan digitalisasi, terutama membuat regulatory sandbox untuk melindungi transaksi keuangan masyarakat.
Referensi:
Ekon.go.id (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI)
Bisnis.com
Idntimes.com
Kompas.com