25 May 2022
Kawan PRIMA, metaverse kini menjadi topik yang semakin ramai diperbincangkan oleh dunia. Tidak hanya dibicarakan oleh pegiat teknologi, namun juga oleh para pelaku bisnis. Sebenarnya apa itu metaverse? Mengapa semua orang kini berlomba-lomba bermigrasi ke dunia metaverse?
Apa itu Metaverse?
Menurut Wikipedia, kata “Metaverse” pertama kali muncul dalam novel fiksi ilmiah karangan Neal Stephensen, pada tahun 1992 berjudul “Snow Crash”. Sebenarnya hingga sejauh ini, belum ada definisi pasti mengenai metaverse. Namun jika diartikan secara sederhana, metaverse merupakan sebuah ekosistem yang menggabungkan antara teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR) serta kecerdasan buatan. Dengan kata lain, metaverse adalah sebuah konsep yang menggabungkan antara dunia nyata (fisik) dengan dunia digital (non-fisik). Banyak yang meyakini metaverse merupakan evolusi dari teknologi-teknologi yang sudah dikembangkan sebelumnya.
Keuntungan dari Metaverse
Kehadiran metaverse memberikan banyak manfaat bagi berbagai sektor pekerjaan. Keuntungan tersebut bisa dilihat dari beberapa sisi, diantaranya:
Melalui metaverse, kamu bisa menjadi siapa saja dan berada di mana saja. Selain itu, kamu juga dapat mempraktikkan cara berkomunikasi digital yang lebih memukau atau imersif, seperti sentuhan fisik dan tampilan yang lebih futuristik. Berkat bantuan teknologi virtual reality (VR) dan Augmented Reality (AR), metaverse membuat orang-orang bisa bekerja, bermain, pergi ke konser virtual, melakukan perjalanan online, membuat dan melihat karya seni serta mencoba pakaian digital untuk dibeli layaknya dunia nyata.
Kini semakin banyak sektor pekerjaan yang mulai memandang metaverse sebagai sebuah peluang bisnis baru. Di sektor perbankan nasional misalnya, bank-bank BUMN seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, menjadi bank negara yang telah masuk ke metaverse. Pengaplikasian metaverse dalam bisnis tentunya akan mempengaruhi beberapa hal, termasuk cara berjualan dan beriklan.
Penerapan metaverse dalam dunia pendidikan diyakini bisa membuat suasana belajar menjadi semakin interaktif dan menyenangkan. Misalnya saat guru ingin menerangkan ilustrasi ilmiah. Metaverse menawarkan visualisasi 3D sehingga para siswa bisa melihat dengan jelas bagian-bagiannya. Dengan demikian, para siswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pelajaran yang sedang dibahas.
Kekurangan dari Metaverse
Secanggih apapun teknologi, pastinya memiliki kekurangan, tidak terkecuali metaverse.
Metaverse diperkirakan akan menjadi tren di masa depan. Namun teknologi tersebut berpotensi menimbulkan risiko penyalahgunaan data pribadi. Perangkat metaverse dilengkapi dengan teknologi pelacakan mata, wajah, tangan, dan tubuh. Bahkan, sebagian perangkat metaverse juga mempunyai sistem elektroensefalogram (EEG) yang dapat merekam aktivitas otak.
Ilmuan dan penemu teknologi Augmented Reality (AR), Louis Rosenberg mengatakan metaverse lebih berbahaya dibanding media sosial. Ia menyebut metaverse bisa memperparah masalah sosial yang ada di sekitar kita. Konsep virtual yang ditawarkan metaverse berpotensi mengubah sosial dan budaya masyarakat yang terbiasa bertemu dan bersosialisasi secara fisik. Rosenberg meyakini 30 tahun kedepan, AR akan menjadi pusat seluruh aspek kehidupan dan mempengaruhi semua proses interaksi seperti cara kita bekerja, mencari hiburan serta berkomunikasi satu sama lain. Namun sayangnya, belum tentu proses tersebut dijalankan dengan baik. Mengingat saat ini, dunia digital cukup rentan dengan kejahatan siber.
Akses untuk mendapatkan alat yang mendukung teknologi metaverse membutuhkan biaya yang besar. Ditambah lagi kamu juga mungkin akan membutuhkan perangkat tambahan untuk dapat mengakses metaverse seperti VR headset. Selain itu, kamu juga membutuhkan koneksi internet cepat dan stabil untuk bisa terhubung ke metaverse.
Referensi:
Wikipedia.org
Bisnis.com
Kompas.com
Cermati.com